Seni Tidak Mengkotak – kotakkan Secara Agama
  • 18 Desember 2019
  • 239x Dilihat
  • berita

Seni Tidak Mengkotak – kotakkan Secara Agama

Adalah tema yang diusung kali ini oleh tim peneliti kelompok Lektur, Khasanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Balai Litbang Agama Semarang dalam penelitian isu – isu aktual yang diselenggarakan di Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

“Ada Beberapa tema yang diangkat kali ini diantaranya pembacaan ayat suci Al Qur’an dengan langgam jawa atau lebih jelasnya tembang macapat, lalu ada penelitian naskah transkrip – transkrip kuno di beberapa daerah, khasanah keagamaan di Gunung Kidul, dan masih banyak lagi.” Ungkap Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Dr. Samidi, S.Ag., M.S.I., dalam sambutannya membuka acara seminar hasil penelitian tim lektur.

“Ada lebih dari 157 naskah Islam di Bali baik yang berbentuk lontar maupun yang sudah memakai kertas, naskah – naskah ini kita digitalisasikan lalu kita inventariskan sebagai upaya penyelamatan benda cagar budaya dan literasi warisan leluhur nenek moyang kita yang masih berguna untuk masa mendatang.” Tambah Samidi.

Moderasi beragama ini nantinya berguna untuk menangkal radikalisme seperti yang marak diberitakan akhir – akhir ini. Bagaimana masyarakat menjalin dan membangun kerukunan tanpa membedakan suku, agama, & etnis .

“Salah satu upaya menangkal radikalisme bisa dengan membangun moderasi beragama melalui bidang kesenian. Moderasi beragama berkenaan dengan cara pandang beragama yang tidak ekstrim baik ekstrim ke kanan maupun ekstrim ke kiri” ungkap Koordinator Bidang Lektur, Khasanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi, Drs. Roch Aris Hidayat, M.Pd., dalam kesempatanya memaparkan materi.

Karena dengan seni ini salah satunya melalui tembang macapat, mengandung berbagai unsur diantaranya unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu mencakup isi dan makna dari tembang itu, sedangkan unsur ekstrinsik mencakup bentuk dari tembang itu sendiri.

“Dengan seni kita tidak terkotak – kotak secara agama, dengan seni semua agama bisa tercakup, dengan seni bisa membangun sikap toleran, dengan seni bisa menjalin moderasi antar umat beragama.” Pungkas Aris.

Seminar hasil penelitian ini diadakan pada tanggal 18 Desember 2019 bertempat di Hotel Pandanaran Semarang dan merupakan salah satu dari rangkaian seminar hasil penelitian dari kelompok yang lain mulai dari tgl 17 – 20 Desember 2019. (Ry*)