Puasa untuk Meningkatkan Derajat Manusia
  • 7 Mei 2021
  • 10117x Dilihat
  • berita

Puasa untuk Meningkatkan Derajat Manusia

SEMARANG, suaramerdeka.com - Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Agama Semarang, Dr Samidi Khalim MSi mengatakan, puasa dilakukan untuk meningkatkan derajat dan harkat manusia.

‘’Puasa yang dilakukan orang-orang Jawa kuno berbeda dengan ibadah Puasa Ramadan umat Islam. Orang Jawa mengenal puasa mutih, puasa ngebleng, puasa 40 hari, puasa patigeni, puasa ngalong, puasa ngidang, puasa weton dan lain-lain. Tujuannya untuk mendapatkan kasekten (kesaktian) atau daya linuwih, karomah atau keramat melalui laku tirakat,’’ kata Samidi.

Dia mengatakan hal itu dalam bedah buku karyanya sendiri ‘’Laku Spiritual Sufisme Jawa’’ di Hotel Pandanaran, Semarang, kemarin. Bedah buku dimoderatori Agus Iswanto SS MAHum dari Litbang Agama Semarang, menampilkan dua pembicara Guru Besar Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Prof Dr Mahmutarom SH MH dan Prof Dr Suwardi Endraswara MHum, Guru Besar Antropologi Sastra Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY).

‘’Kalau puasa yang dilakukan umat Islam sangat ringan tidak makan minum dari pagi sampai sore. Malam hari bebas makan minum seperti biasa. Orang Jawa puasa mutih hanya makan nasi putih dan air putih tanpa garam atau lauk lainnya. Puasa patigeni lebih serem lagi berada dalam satu ruangan yang tidak boleh ada cahaya. Puasa ngalong dengan kepala menggantung ke bawah seperti Batman atau kelelawar. Tujuanya ya untuk mendapatkan kemuliaan seperti yang disebut muttaqin orang-orang yang bertakwa,’’ katanya.

Menurut Samidi, penulisan buku setebal 198 halaman itu melalui proses yang cukup lama, dialog dan konsultasi dengan para ahli  Prof Dr HM Amin Syukur MA (alm), Prof Dr Hj Sri Suhandjati Sukri MA,  dan  Prof Dr H Arifuddin Ismail MPd (alm).

‘’Buku ini merupakan hasil kajian terhadap salah satu khazanah keilmuan masyarakat Jawa, yaitu kitab-kitab primbon. Kitab primbon menjadi salah satu bukti sejarah perjalanan dan perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Kitab primbon termasuk kepustakaan Islam Kejawen yang dikenal sebagai kitab ramalan yang masih banyak digunakan oleh masyarakat,’’ katanya.

Islam Indonesia

Guru Besar Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Prof Dr Mahmutarom SH MH mengatakan, umat Islam Indonesia sangat terkenal di dunia. Baik dari segi ketaatan dalam ibadahnya maupun kekuatan supra natural yang dimilikinya. ‘’Mendengar Mbah Hamid Pasuruan menggoreng kerikil kemudian dilemparkan menghadapi penjajah berubah menjadi bom adalah kekuatan yang menakutkan. Mbah Subkhi Parakan yang hanya dengan bamboo runcing mampu mengalahkan senjata modern. Makanya umat Islam Indonesia ditakuti di dunia,’’ katanya.

Prof Dr Suwardi Endraswara MHum, Guru Besar Antropologi Sastra Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengatakan, membaca dan memahami buku ‘’Laku Spiritual Sufisme Jawa’’ menggunakan perspektif ornitologi kejawen sangat menarik.

Ornitologi berarti ilmu tentang burung. Ornitologi kejawen artinya seluk beluk pemahaman sufisme menggunakan kacapandang burung dalam kejawen. ‘’Orang Jawa memiliki wawasan burung sebagai metafor spiritualitas kejawen. Buku ini, menurut hemat saya sungguh kental laku spiritual Jawa yang penuh fenomena yang abstrak,’’ katanya.

Buku tersebut merupakan hasil penelitian terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna karya Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Tjakraningrat (1829-1916). Menurut Suwardi buku itu termasuk luar biasa, sebab mampu membeberkan kawruh sufisme Jawa secara transparan.