Pra Seminar, Tim Bimas Matangkan Persiapan Seminar

Pra Seminar, Tim Bimas Matangkan Persiapan Seminar

Peneliti Bidang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balai Litbang Agama Semarang mengadakan kegiatan Pra Seminar untuk mempersiapkan kegiatan Seminar Hasil Penelitian yang rencananya akan diselenggarakan pada pertengahan bulan November ini. Kegiatan Pra Seminar ini berlangsung pada hari Rabu tanggal 11 November 2020 bertempat di @Hom Hotel Pandanaran Semarang.

Kegiatan Pra Seminar ini dibuka oleh sambutan dari Arnis Rachmadhani selaku ketua tim penelitian dan Kasubbag TU Balai Litbang Agama Semarang, H. Darwiyanto,S.Pd.,M.Ed. Dalam sambutannya Arnis mengatakan bahwa penelitian ini sejatinya mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Selatan pada periode Maret 2020 lalu, namun dikarenakan ada pandemi Covid-19 maka kegiatan penelitian ini urung dilakukan dan diundur sampai batas waktu yang ditentukan. Barulah Oktober kemarin digagas kembali penelitian yang mengambil tema tradisi lisan ini dan lokasi semula di Kalimantan Selatan diganti menjadi Jawa Tengah untuk mematuhi peraturan protokol kesehatan dengan tidak bepergian jauh keluar pulau dahulu. Kegiatan ini mengambil judul tradisi lisan masyarakat ngapak mencakup wilayah Brebes, Tegal, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Pemalang, Cilacap, dan Banjarnegara.

Sementara Kasubbag TU, H. Darwiyanto menyampaikan pesan dari Kepala balai terkait hasil output penelitian kali ini supaya dalam bentuk artikel. Hal ini dikarenakan nantinya ketika akan dimasukkan kedalam jurnal tidak perlu menyusun lagi dalam bentuk artikel dan menghemat waktu dan tenaga.

Kegiatan kali ini turut pula menghadirkan narasumber Drs. H. Anasom, M.Hum dari UIN Walisongo Semarang. Anasom memberikan banyak masukan kepada peneliti tentang penguatan materi agar semakin matang nantinya ketika diseminarkan nantinya. Anasom menyampaikan bahwa proses dakwah dengan budaya ini masih berlangsung hingga saat ini.

“Konsep inter relasi lebih pas untuk melihat ketika ada beberapa entitas yang berpadu. Sehingga menggunakan istilah inter relasi lebih cocok. Konsep dasar budaya dari perspektif jawa lebih bisa dipahami dengan asal kata ‘budi’ dan ‘daya’. Kekuatan akal manusia ketika sedang menggagas sesuatu, maka di situlah manusia sedang berbudaya” Tutur Anasom.

Anasom juga menyampaikan bahwa Pada problematika budaya, ada penyesuaian dari yang semula jawa menjadi islam. Proses penyesuaiannya tidak bisa hanya satu generasi. Proses inter relasi membutuhkan waktu, proses inter relasi yang pertama adalah terjadi pendekatan seperti ketika islam masuk ke jawa. Banyak juga terjadi lahirnya budaya baru hasil dari hubungan timbal balik antar budaya. Proses selanjutnya adalah korespondensi, hubungan saling berkaitan kemudian lanjut berkenalan dan interaksi lebih lanjut.

Kegiatan Seminar Hasil Penelitian ini rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 18-20 November 2020 bertempat di Kota Pekalongan dengan mengundang narasumber dari pusat dan peserta perwakilan yang menjadi objek penelitian kemarin. (Ry*)