Pesantren dan Manusrip Keagamaan yang Mengandung Kekayaan Nusantara
  • 8 April 2021
  • 416x Dilihat
  • berita

Pesantren dan Manusrip Keagamaan yang Mengandung Kekayaan Nusantara

Kegiatan Diseminasi ini bertempat di Hotel Front One Harvest Wonosobo ( 08/04/21). Di ikuti oleh peserta dari perpustakaan, pesantren, instansi kementerian agama dan beberapa tamu undangan dari stakeholder terkait.

Acara secara resmi dibuka oleh Kepala Balai Litbang Agama Semarang Dr. Samidi.M.S.I. Dalam sambutannya beliau berterima kasih sekali khususnya pihak-pihak terkait di Wonosobo karena sudah banyak membantu dalam Inventarisasi naskah-naskah keagamaan. Khususnya dalam karya KH. Ahmad Rifai yang hampir seluruhnya dapat kita peroleh.

Sebagai daerah yang termasuk kelahiran leluhur tanah jawa, tentunya daerah ini memiliki situs yang luar biasa. Pastinya masih banyak yang bisa kita gali/teliti dari daerah ini. Jika ada usulan maupun masukan untuk penelitian dan pengembangan BLA Semarang akan dengan senang hati menerima.

Pengembangan Repositori yang telah di Inventarisasi dan dipublikasikan di website memang baru daerah Madura dan Bali. Keseluruhan naskah itupun belum selesai kami input. Harapan kami akan terus berkembang dan menjadi kemudahan masyarakat untuk mengakses serta mempelajarinya.

Salah satu narasumber yang kami undang adalah H.M. Jauhar Hatta Nur Hasan. Beliau merupakan pengasuh pondok pesantren AL-Fatah Banjarnegara.

Salah satu paparannya mengenai Pesantren dan Manuskrip Keagamaan. Pesantren merupakan tempat belajar para santri dengan komplek yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya.

Sejak dari dulu pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara yang dianggap sebagai produk budaya Nusantara yang indigenous. Pendidikan yang berkembang sejak era Majapahit hingga saat ini sebagai warisan pendidikan nasional yang paling merakyat.

Pesantren tidak bisa di lepaskan dari proses masuk dan berkembangannya agama Islam di tanah air yang bercorak sufistik. Basis pesantren pada periode awal adalah masyarakat pinggiran yang berada di desa-desa, sehingga lekat dengan sebutan Islam Tradisional.

Manusript keagamaan di Pesantren tidak lepas kajian dari manuskrip keagamaan di Timur Tengah yang berkembang sejak abad permulaan Islam, terutama saat terjadi kodefikasi Al-Quran maupun Al-Hadist. Karena interaksi ulama Nusantara dengan Ulama Timur Tengah maka kajian tersebut berkembang pesat di pesantren.

Pada abad ke 16-17, pengaruh agama Islam sangat kuat terhadap perkembangan sastra Melayu dan Jawa. Di perkenalkan melalui aksara Arab, yang kemudian di modifikasi menjadi aksara Jawi, sebagai media penulisan karya sastra.

Masyarakat di Nusantara pra Islam, dulunya menggunakan tulisan yang berakar dari Aksara Jawa, Pallawa, Kawai, Batak, Rencong dll. Sebagai media tulis menulis pada inkripsi, prasasti, surat-surat dan semacamnya.

Perkembangan manusrip awal muncul di Aceh. Karena banyak para ulama yang menuliskan karya tulis, sehingga karya tersebut menjadi kajian di pesantren-pesantren di Nusantara. Di samping itu pada Pesantren Nusantara juga dijumpai kitab karya ulama timur tengah yang dikaji oleh kyai di berbagai pesantren. Kitab tersebut ditulis sebagai manusript pada abad 16-19.

Kitab yang di kaji pesantren tersebut meliputi semua disiplin ilmu, baik bahasa, fiqih, tauhid, akhlaq, tafsir dan sirah.

Pesantren salaf dan manusript keagamaan pada masanya memiliki arti penting bagi mata rantai faham kegamaan Umat Islam di Nusantara. Faham ini bisa menjadi penangkal munculnya faham trans-nasional yang ekstrim dan radikal.