Perlunya Latihan Menyimak
  • 10 Juli 2014
  • 340x Dilihat
  • berita

Perlunya Latihan Menyimak

Fakta yang dapat ditemui bahwa pengajaran menyimak B. Arab secara resmi (jika mengikuti silabus Kemenag), kompetensi itu mulai diajarkan pada kelas IV. Kemampuan tersebut diajarkan secara berjenjang hingga tingkat pendidikan (kelas) setelahnya. Barangkali akan lebih komprehensip dikuasai jika siswa masuk ke sekolah yang menerapkan B. Arab sebagai bahasa pengantar (sekolah bi/trilingual), mengikuti jenjang perkuliahan kebahasaan, dan juga mempraktekkannya langsung di negara asal pengguna bahasa tersebut.
Lalu sejak kapan sebenarnya siswa bisa mengikuti pelajaran menyimak ini?

Menyimak, membaca, berbicara, dan menulis, dalam kompetensi bahasa sebenarnya merupakan satu kesatuan utuh. Dalam proses pembelajarannya saja yang barangkali bisa dipecah dan dipisah-pisahkan.

Adapun kemampuan berbahasa, barangkali dapat dijelaskan secara psikologis, dengan berbagai teori tokoh yang sudah banyak dipakai. Ringkasnya, teori psikologi berbahasa menyebutkan bahwa kemampuan anak dimulai dari kemampuan menyimak/ mendengar, selalu begitu, otomatis. Jika anda ingin bukti, ingat kembali proses perkembangan bahasa anak anda. Kemudian baru diikuti dengan berbicara. Anak akan berlatih berbicara dari sumber yang ia dengar. Baru kemudian pada tahap pra atau usia sekolah dasar, anak akan dapat membaca dan menulis. Dengan kata lain, bukankah kompetensi mendengar (menyimak) layak dijadikan prioritas awal?


Strategi (metode) pembelajaran menyimak tentu sudah banyak dibahas dalam penelitian dan buku kebahasaan. Kiranya model yang cocok untuk diterapkan kepada siswa dapat disesuaikan dengan jenjang usia, ramalan tingkat rata-rata kemampuan siswa, dan tentu tujuan pencapaian yang ingin didapat.

Bahwa menyimak (mendengar) merupakan keterampilan langsung yang mengalir dalam setiap proses pembelajaran, itu adalah fakta. Lain lagi jika menyimak dianggap sebagai suatu ilmu/ kompetensi dalam keilmuan kebahasaan, maka aspek menyimak juga perlu ‘dilatih, diajarkan tersendiri, dan mendapat porsi yang seimbang’.

Buku B. Arab tingkat MI masih kurang memberikan porsi kompetensi menyimak. Pembelajaran menyimak yang sedang berlangsung masih bersifat mengalir, dan melibatkan kreatifitas dan inisiatif masing-masing guru pengajar.