Penelitian Kolaboratif Lebih Otoritatif
  • 10 April 2016
  • 165x Dilihat
  • berita

Penelitian Kolaboratif Lebih Otoritatif

Salatiga (10 April 2016). Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. merespon positif kegiatan penelitian kolaboratif yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Penelitian kolaboratif itu dilakukan bersama oleh tiga bidang penelitian, yaitu Bidang Pendidikan Keagamaan, Kehidupan Keagamaan, dan Lektur dan Khazanah Keagamaan dengan tema radikalisme kelompok-kelompok kagamaan.

“Hasil penelitian kolaboratif lebih otoritatif karena menggunakan multiperspektif,” kata Mas’ud.

Mas’ud menyampaikan apresiasi tersebut dalam acara Seminar Hasil Penelitian Kolaboratif di Laras Asri Resort and Spa Salatiga, Minggu (10/04). Penelitian tersebut diharapkan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan kehidupan beragama di Indonesia.

Mas’ud menegaskan, tren radikalisme beragama sekarang ini cenderung meningkat di kalangan  masyarakat, khususnya pelajar atau mahasiswa. Pemahaman keagamaan yang radikal perlu dicegah melalui pendidikan agama yang bercorak moderat.

Kepala Balai Litbang Agama Semarang Prof. (R) Koeswinarno, M.Hum. menjelaskan bahwa penelitian kolaboratif terkait kelompok-kelompok kegamaan radikal di Jateng, Jatim, dan DIY adalah penelitian bersama lintas bidang yang pertama kali dilakukan di Balai Litbang Agama Semarang. Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan mengkaji literatur dan teks-teks keagamaan yang menjadi sumber pemahaman radikal. Bidang Pendidikan Keagamaan mengkaji bagaimana transmisi pemahaman keagamaan radikal di lembaga pendidikan. Bidang kehidupan Keagamaan mengkaji bagaimana aplikasi pemahaman keagamaan radikal dalam konteks kehidupan berbangsa.

“Bisa jadi di level literatur suatu kelompok keagamaan tidak radikal, tetapi di level pengajaran atau aplikasinya dalam kehidupan sosial mereka radikal. Begitu juga sebaliknya, bisa jadi dari sisi literatur radikal tetapi pengajaran dan aplikasinya tidak radikal,” kata Koeswinarno.

Koeswinarno mengaku, tantangan penelitian kolaboratif lebih besar. Dinamika pemikiran dalam satu persoalan dari tiga perspektif yang berbeda tidak mudah. Berbagai pengayaan dan perdebatan teoritis telah dimulai sejak bulan November 2015 lalu.

“Meski riset kolaboratif memiliki banyak tantangan, namun pada tahun 2017 mendatang kita akan tetap melaksanakannya,” pungkas Koeswinarno