Mencari Format Buku Panduan Manasik Haji
  • 22 Januari 2015
  • 232x Dilihat
  • berita

Mencari Format Buku Panduan Manasik Haji

Buku panduan manasik haji Kementrian Agama yang telah jamaah pelajari, sebagian berbeda dari buku manasik yang disusun KBIH. Hal itu terjadi karena masing-masing KBIH memiliki tafsir sendiri mengenai ibadah haji.

Demikian di sampaikan A. Hasan Asy’ari Ulama’i dalam diskusi pembahasan penelitian “Esvaluasi Buku Panduan Manasik Haji di Jawa Tengah,” di Ruang Pertemuan Lantai 3 Balai Litbang Agama Semarang (Blas), Kamis (22/01). Ia menjelaskan, buku manasik bertujuan membantu umat. Namun sebaliknya, justru membingungkan jamaah haji.

“Waktu bimbingan yang relatif singkat terutama bagi mereka yang buta aksara Arab, jarang beribadah dan sejenisnya, terlebih jamaah tambahan yang notabene dari kalangan orang tua renta, kesulitan menghafal doa-doa haji. Sehingga menjadikan mereka gamang dalam melakasanakan rukun Islam yang ke lima” tambah Hasan dosen UIN Walisongo Semarang.

Menurut Hasan evaluasi buku panduan manasik haji, hendaknya terlebih dahulu memotret seluruh model bimbingan manasik yang disusun KBIH dan Kementrian Agama, mulai dari penyajian, memetakan, menunjukkan dasar masing-masing hingga dapat dikenali dengan baik sumber rujukan hingga keotentikannya.

“Model evaluasi bisa mengunakan sistem perbandingan dan pengujian kembali dasar berikut kemungkinan interpretasi yang muncul. Lalu diberikan rekomendasi yang memudahkan bagi semua KBIH untuk dapat melakukan sesuai keyakinannya,” tegas Hasan.

Lanjut Hasan, orientasi evaluasi adalah mencari format buku panduan yang mengakomodir seluruh model bimbingan, simple, dan memudahkan, namun yang pasti masih selaras dengan bimbingan yang dicontohkan Nabi Saw.