Menakar Romantisme dan Harapan Melalui Naskah Klasik
  • 22 Maret 2021
  • 228x Dilihat
  • berita

Menakar Romantisme dan Harapan Melalui Naskah Klasik

Tema “Naskah Sumber Anyar dan Perkembangannya” diangkat oleh Moh. Holis, Ketua STIE Bakti Bangsa Pamekasan, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Diseminasi 1 Repositori Online Naskah Keagamaan Madura 3 yang diselenggarakan oleh Balai Litbang Agama Semarang. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Senin, 22 Maret 2021 di Front One Hotel Pamekasan, Jawa Timur. Dimoderatori oleh Roch. Aris Hidayat, narasumber Cak Holis menyampaikan bagaimana perkembangan naskah-naskah klasik yang tersimpan di Pondok Pesantren Sumber Anyar.

“Naskah itu bisa jadi komoditi yang bernilai. Ambil contoh, seseorang ingin melihat naskah Madura, ya, kunjungannya ke Sumber Anyar,” ungkap Cak Holis. Naskah Sumber Anyar berlatar belakang Pondok Pesantren Sumber Anyar, yang merupakan salah satu pesantren tertua di Pulau Madura. Naskah dalam pesantren turut berkembang sesuai dengan modernisasi sekolah di Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian terdahulu atas naskah-naskah kuno, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masa lampau pesantren sangat akomodatif terhadap seluruh ilmu yang berkembang di nusantara. Naskah kuno tersebut berisi informasi yang kompleks, baik itu berupa ilmu pengetahuan atau bukan. “Menggali naskah Sumber Anyar ibarat menggali kembali mutiara yang terpendam, yang pernah ada dan terdokumentasikan dalam pesantren,” kata Cak Holis.   

Cak Holis memaparkan perkembangan merawat naskah Sumber Anyar melalui dua periodisasi yakni periode pra serta pasca inventarisasi dan digitalisasi. Masa pra inventarisasi dan digitalisasi adalah masa ketika manuskrip Sumber Anyar belum terkespose, naskah itu dianggap sebagai jimat dengan perawatan seadanya. Tidak ada pengetahuan untuk merawat naskah dari kerusakan akibat termakan rayap dan sebagainya. Kemudian, pada tahun 2010 dan 2011, datanglah para peneliti dari BLA Semarang yang membantu pemilik naskah menginventaris dan mendigitalkan naskah klasik tersebut. “Sejak ada digitalisasi, kita paham. Kita sadar. Terimakasih kepada Litbang Semarang. Kita jadi tahu,” ungkap Cak Holis.

Masa pasca inventarisasi dan digitalisasi ditandai dengan munculnya kesadaran masyarakat untuk merawat naskahnya sendiri, dan ada pula yang menghibahkan naskah yang dimiliki untuk dirawat sesuai standar pemeliharaan naskah kuno. Naskah di Sumber Anyar saat ini sudah sampai pada usaha identifikasi dan klasifikasi naskah. Naskahpun dirawat dengan adanya usaha melaminasi naskah untuk mencegah kerusakan naskah.

Kegiatan inventarisasi, digitalisasi, dan publikasi naskah kuno yang dilakukan Balai Litbang Agama Semarang telah mmunculkan kesadaran para pemilik naskah akan pentingnya untuk mengeksposenya. “Sadar dan menyadari potensi akan naskah, maka Pondok Pesantren Sumber Anyar mulai mengadakan kegiatan ilmiah seperti studi islam nusantara dan lain sebagainya. Kegiatan ini muncul akibat motivasi yang lahir dari kedatangan para peneliti, mahasiswa dan lain sebagainya,” kata Cak Holis.

Diharapkan dengan adanya pengkajian naskah kuno/klasik, dapat memberikan cahaya pengetahuan bahwa sebenarnya pada masa lampau pesantren telah sangat berkembang mengikuti perkembangan sejarah sekolah modern. Ilmu-ilmu yang dikaji di pesantren pun tidak hanya tema keagamaan tetapi juga tema filsafat, ilmu logika, dan astronomi. Tanpa adanya pengkajian naskah, maka pengetahuan tentang jaringan keilmuan ulama masa lampau tidak akan tersampaikan kepada generasi saat ini. Kekhawatiran akan putusnya literasi keilmuan pesantren dalam naskah kuno sejatinya dapat dicegah dengan langkah sederhana, seperti menyalinnya kembali atau menggiatkan kajian naskah dengan sasaran generasi muda saat ini. “Untuk bekal anak cucu kita,” pungkas Moh. Holis menutup paparannya.

Oleh: M. Aji N & Yuyun L