Madrasah Geographic Information System (MAGIS) D.I. Yogyakarta
  • 10 Juni 2021
  • 283x Dilihat
  • berita

Madrasah Geographic Information System (MAGIS) D.I. Yogyakarta

Kegiatan Pra Seminar Madrasah Geographic Information System (Magis) D.I. Yogyakarta diselenggarakan di Hotel Pandanaran Semarang pada 10 Juni 2021. Hadir sebagai narasumber adalah Rony Wijanarko, S.Kom, M.Kom dari Unwahas Semarang. Sedangkan peserta dalam kegiatan ini dari Kanwil Kemenag DIY, Kanwil Kemenag Jateng, Kemenag Kota Semarang, AIS Muhammadiyah, Udinus, dan Unwahas Semarang.

Dalam kesempatan ini Kepala Balai Litbang Agama Semarang Dr. Samidi, M.S.I mengatakan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama memiliki peran yang sangat strategis, yaitu sebagai penyedia data hasil-hasil penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian (riset) yang dilakukan menjadi landasan bagi penyusunan berbagai regulasi  di lingkungan Kementerian Agama. Salah satu data yang disediakan adalah data yang terkait dengan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.

Riset tentang madrasah sudah banyak dilakukan oleh Badan Litbang, termasuk BLA Semarang yang memiliki wilayah kerja 9 provinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Namun hasil-hasil riset tersebut belum menyentuh pada database madrasah yang ada. Database madrasah terpusat di Direktorat Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) yang berupa data EMIS (Education Management Information System). Data EMIS ini menyediakan data lapangan yang bersumber dari data madrasah dan guru pendidikan agama Islam. Keberadaan data EMIS sebagai data awal dan data lapangan sangat penting sebagai dasar pengambilan kebijakan di lingkungan Kementerian Agama.

Pada praktiknya, pengelolaan data EMIS masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah kemampuan SDM, proses pendataan hanya dilakukan pada waktu tertentu sehingga data tidak update. Tidak hanya itu, pengelolaan EMIS juga terkendala oleh keterlambatan data dari lembaga pendidikan, fasilitas TIK yang kurang memadai, dan format pendataan yang berubah-ubah. Menyikapi kelemahan dan kendala yang ada pada aplikasi EMIS, Balai Litbang Agama Semarang telah mengembangkan data madrasah dalam suatu Geographic Information System (GIS).

Madrasah Geographic Information System (MAGIS) selain sebagai produk Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan IV, juga sangat relevan dengan  fungsi Balai Litbang Agama Semarang dalam pelayanan pelayanan kepada masyarakat di bidang data dan hasil penelitian dan pengembangan agama, papar Samidi.

Pada tahap awal, pengembangan aplikasi MAGIS dilakukan di wilayah Kanwil Kementerian Provinsi D.I. Yogyakarta. Selain sebagai salah satu wilayah kerja Balai Litbang Agama Semarang, pemilihan provinsi DIY sebagai sasaran MAGIS didasarkan pada alasan bahwa DIY memiliki wilayah yang tidak terlalu luas sehingga mampu dijangkau dalam kurun waktu yang relatif singkat. Melalui kerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY, Tim Efektif MAGIS mampu menjangkau 363 lembaga, yang terdiri dari 186 madrasah ibtidaiyah (MI, 116 madrasah tsanawiyah (MTs), dan 61 madrasah aliyah (MA).

Diakhir sambutannya Dr. Samidi menyampaikan terima kasih kepada Kemenag D.I. Yogyakarta dan tim Magis yang sudah bekerja keras untuk pembuatan aplikasi Magis ini.

Priyono