Kisah Perjalanan dari Puncak Bromo
  • 12 Maret 2020
  • 562x Dilihat
  • berita

Kisah Perjalanan dari Puncak Bromo

Balai Litbang Agama (BLA) Semarang menggelar kegiatan Capacity Building Tahun 2020. Kegiatan ini dihelat selama 3 hari di Jawa Timur, mulai Senin hingga Rabu (9-11/03/2020) di Kota Batu dan Kab. Probolinggo. Seperti biasa capacity building dikemas dengan acara tour dan outbond yang dipandu oleh Oase Indonesia, salah satu EO trainer yang beberapa tahun ini dipercaya BLA Semarang ketika menggelar acara serupa. Format outbond dipilih untuk menyegarkan pikiran pegawai, baik dari kalangan peneliti maupun staf. Selain itu juga mempererat keakraban dan keleuargaan di antara pegawai.

Yuk, simak liputannya!

Senin pagi (9/11) pukul 5.30 WIB halaman kantor BLA Semarang sudah ramai. Dua unit Bus Sahala berwarna kuning stand by, menunggu rombongan berkumpul sebelum diberangkatkan. Satu per satu pegawai BLA Semarang yang akan mengikuti kegiatan Capacity Building mulai berdatangan. Mereka bertegur sapa, sarapan nasi kotak  yang disediakan panitia, atau sekadar bercengkerama untuk menunggu peserta lain hadir.

Sekitar pukul 07.10 semua peserta sudah terkondisikan di bus masing-masing. Bus pun tinggal landas. Wusss… Mengambil rute via jalan tol, masuk gerbang Krapyak Semarang exit Malang. Sekali dua bus berhenti di rest area. Bus mengisi BBM, peserta pun bisa buang air kecil atau rehat sejenak.

Tengah hari, sekitar pukul 13.00 perjalanan sudah sampai di Kota Batu. Sesuai rencana, untuk mengasupi perut yang sudah keroncongan, rombongan dibawa ke Warung Wareg untuk makan siang. Di warung ini peserta juga menunaikan ibadah shalat.

Satu jam kemudian, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Jatim Park 3 yang hanya menempuh ditempuh sekitar 20 menit. Peserta menikmati The Legend Star di Jatim Park selama 2 jam. Sesi ini peserta bisa menikmati keberadaan tokoh-tokoh bangsa ataupun figur-figur internasional. Sesi ini didominasi dengan acara foto-foto atau selfie.

Sekitar pukul 16.00 rombongan tiba di Hotel Aston Inn Kota Batu. Peserta check in menuju kamar yang telah disediakan panitia. Peserta pun istirahat dan bersih-bersih badan sebelum mengikuti kegiatan Gala Dinner yang dihelat malam harinya.

Pukul 18.30, sebelum Gala Dinner, seremoni kegiatan digelar secara resmi. Dalam sambutannya, Kepala BLA Semarang Dr. Samidi, S.Ag.,M.S.I. mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untu memperkuat ikatan kekeluargaan di antara pegawai.

“Selama tiga hari ke depan kita sejenak melupakan pekerjaan kantor. Kita di sini untuk me-refresh pikiran kita agar menjadi segar. Di sini kita akan dipompa lagi semangatnya untuk menghadapi kegiatan-kegiatan mendatang,” kata Samidi.

Menurut Samidi, kegiatan capacity building dalam bentuk outbond ini masih sangat relevan untuk meningkatkan suasana keakraban dan kekeluargaan di antara pegawai. Selain itu juga meleburkan batas atau jarak di antara pegawai.

Acara makan bersama Gala Dinner dimeriahkan dengan live music. Peserta bisa menikmati lagu yang dibawakan oleh tim orkestra bahkan menyumbangkan lagu. Di sela-sela pertunjukan musik dimeriahkan dengan pembagian dorprize yang disponsori oleh BRI. Sejumlah pegawai menerima hadiah berupa kompor gas, dispenser, blender, kartu BRIZZI, dan lainnya.

Pukul 22.30 peserta mulai menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Kondisi badan perlu dipulihkan untuk kegiatan outbound esok hari.

Outbound di Coban Rondo

Aktivitas hari kedua dimulai dengan sarapan pagi. Setelah itu rombongan check out dari hotel dan melanjutkan perjalanan ke Coban Rondo, salah satu wisata air terjun di Kota Batu.

Sebelum sampai di air terjun, peserta berkegiatan di kompleks outbound Coban Rondo. Yana Sukmana selaku trainer Oase Indonesia mengondisikan perserta untuk mengikuti acara outbound dengan menjunjung tinggi kejujuran.

“Saya harap teman-teman BLA Semarang bisa mengambil value dari permainan outbound yang kita lakukan nanti. Kecurangan sekecil apapun dalam game ini adalah cerminan ketidakjujuran anda ketika melaksanakan pekerjaan di kantor,” kata Yana.

Yana juga memberikan motivasi dengan mempresentasikan sejumlah quote dari tokoh/guru bangsa. Di antaranya BJ Habibie, Bung Karno, Moh Hatta, KH Ahmad Dahlan, dan Jenderal Soedirman. Pesan inti yang disampaikan Yana adalah jangan sampai keberadaan pegawai di suatu kantor menjadi toxic (racun) di dalam tubuh lembaga atau organisasi.

Peserta dibagi menjadi 8 kelompok untuk berkompetisi memainkan games. Games terdiri dari 4 babak yang terdiri dari sepeda bola, menembak, memanah, dan mencari bendera di labirin. Setiap tim pun antusias melakoni kompetisi 4 babak itu. Insentif hadiah berupa uang tunai untuk juara I dan II menambah semangat dan kekompakan tim.

Setelah energi terkuras pada games, peserta dibawa ngadem ke air terjun Coban Rondo. Sayangnya air terjun ini tidak boleh dibuat untuk mandi karena arus yang cukup deras. Pengunjung hanya diperboolehkan menikmati suasana air terjun dan foto-foto saja di garis batas yang sudah dipancang pengelola.

Kegiatan terus berjalan. Setelah makan siang di Local Resto, rombongan melanjutkan perjalanan ke Probolinggo. Gunung Bromo akan jadi arena adventure di hari ketiga. Waah…

Petualangan di Bromo

Rabu dini hari, peserta mulai bangun dan bersiap. Rela hanya tidur beberapa jam sejak tiba di Hotel Bromo View, Purbalingga. Mata boleh sedikit mengantuk, tapi kegiatan harus berlanjut. Pasalnya, dini hari ini peserta akan naik ke Gunung Bromo. Rasa mengantuk pelan menghilang karena destinasi petualangan yang satu ini sudah dinanti.

Pukul 02.30 pagi peserta mulai naik Jeep untuk mendaki ke Bromo. Setiap Jeep diisi 5 peserta dan seorang drivernya. Pelan tapi pasti, Jeep menanjak, mengelok, dan bermanuver mengikuti kontur jalan pegunungan yang mebuat banyak goncangan di kendaraan.

Hari masih gelap, pemandangan di kiri kanan jalan tak terlihat jelas. Siang harinya ketika turun kami baru menyadari bahwa jalan yang kami lewati kini kanannya adalah tebing juga jurang.

Hawa dingin menyergap begitu kami turun dari Jeep. Rombongan tiba di Penanjakan I Bromo sebelum pukul 04.00 pagi. Para peserta menunggu waktu shalat subuh dengan menikmati kopi, gorengan, atau indomie di warung-warung sekitar Penajakan.

Setelah subuhan peserta naik ke Puncak Penanjakan. Sebelum matahari terbit, tiap-tiap peserta sudah mencari spot foto terbaik. Sedikit demi sedikit ufuk timur memerah. Mega merahnya membelah mendung hitam. Pagi semakin nampak.

Hawa dingin mulai tak terasa. Kalah oleh keceriaan kami melihat matahari terbit begitu jelas dari area pegunungan. Bagi peserta yang belum pernah piknik ke Bromo, ini bisa dibilang momen puitik, pemandangan yang tidak setiap saat bisa kami nikmati.

Fajar yang semakin terang menyingkap pemandangan alam yang semakin jelas. Gelaran alam indah begitu dekat di mata. Kami takjub dan mengkhidmatinya.

Mendaki Kawah Bromo

Usai di penanjakan perjalanan dilajutkan ke Kawah Bromo. Peserta mulai mendaki setelah santap pagi bersama di warung setempat. Menu rawon di pagi hari memberi kehangatan tersendiri setelah sekian jam tubuh terasa dingin.

Jam 7.30 peserta mulai berjalan menanjak menuju kawah. Jalan kaki menjadi opsi paling dominan ketimbang berkuda atau naik motor trail hingga di batas tangga naik kawah.

Sebagian kami iseng menghitung tangga ketika mendaki ke puncak kawah. 248 tangga. Setingkat demi setingkat menanjaki tangga itu cukup membuat kaki kaku. Huhuhu… Tapi semua rasa capai itu seolah tak terasa ketika sampai ke kawah. Peserta istirahat sejenak dan cekrek cekrek

Matahari  mulai terasa menyengat. Terkadang angin mengembus, membubungkan pasir menyapu kami. Peserta mulai turun menuju titik kumpul untuk kembali. Sekitar pukul 10.00 kami melanjutkan perjalanan dengan Jeep.

Cerita setelahnya hanyalah perjalanan pulang dari Probolinggo menuju Semarang. Wajah-wajah lelah tapi bahagia. Alhamdulillah perjalanan sampai kantor BLA Semarang lancar hingga peserta kembali ke rumah masing-masing.

Sampai jumpa dengan cerita tahun depan. Yeay… [syafa’]