Generasi Milenial Bicara Moderasi Agama
  • 11 Oktober 2019
  • 435x Dilihat
  • berita

Generasi Milenial Bicara Moderasi Agama

Generasi milenial berhadapan langsung dengan arus informasi yang begitu deras. Mereka menjalani gaya hidup bermedia sosial yang di dalamnya tidak luput dari ujaran kebencian, provokasi berbau agama, dan hoax. Diperlukan upaya memoderasi konten-konten media sosial agar generasi milenial memiliki pandangan positif terhadap perbedaan, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama.

Upaya memoderasi generasi milenial itu dilakukan oleh Balai Litbang Agama (BLA) Semarang. Dihelatlah Workshop Panduan Moderasi Beragama Generasi Milenial Melalui Vlog yang melibatkan pelajar setingkat SMA dan mahasiswa di Surakarta. Kegiatan workhsop tersebut dilaksanakan di Hotel Megaland Solo, 10-11 Oktober 2019.

Peserta workshop bersentuhan dengan konsep-konsep moderasi agama, seperti perbedaan, keragaman, toleransi, dan kerukunan. Mereka memandang moderasi sebagai konsep hidup beragama dengan semangat menghargai perbedaan.

Fatahelah Tri Susanti, mahasiswi Fakultas Hukum UNS, berpandangan bahwa moderasi agama menitikberatkan pada penerimaan atas perbedaan. Menurutnya, perbedaan terjadi secara alamiah. Tiap orang mempunyai hak asasi dan tidak bisa dipaksa menjadi sama antara satu dengan lainnya.

“Perbedaan jangan sampai membuat kita terpecah belah,” kata Ifa, sapaan akrab Fatahelah.

Sementara itu, Alex siswa SMAN 3 Surakarta menggarisbawahi toleransi sebagai titik tolak moderasi agama. Menurutnya, toleransi sangat penting untuk membiarkan keragaman yang ada. Termasuk keragaman suku dan agama.

“Keragaman itu sudah menjadi dasar bangsa Indonesia. Itu sudah dirumuskan dalam Pancasila, bhinneka tunggal ika. Yang berbeda-beda itu tidak mungkin disamakan, tapi bisa disatukan,” kata Alex.

Senada dengan pendapat Kharisma mahasiswa UNU Surakarta. Menurutnya tanpa adanya toleransi banga Indonesia bisa berantakan.

“Kita harus mampu menyeimbangkan kepentingan kelompok dengan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan berbangsa dan bernegara,” kata Kharisma.

Joko Tri Haryanto, peneliti BLA Semarang selaku narasumber menegaskan bahwa pada prinsipnya moderasi beragama bisa berjalan karena adanya tujuan bersama dalam hal pendidikan, kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian.

“Syaratnya, semua anak bangsa harus bersedia saling menerima, menghormati, dan berkejasama,” kata Joko.

Joko mengajak generasi milenial untuk mengkampanyekan ide-ide moderasi beragama di media sosial. Secara khusus kampanye dilakukan dengan media video atau vlog. Karena media sosial memiliki jangkauan yang lebih luas, khususnya kalangan milenial. [syafa’]