Buku Keislaman SMA di Jateng Perlu Dibenahi
  • 27 November 2014
  • 237x Dilihat
  • berita

Buku Keislaman SMA di Jateng Perlu Dibenahi

YOGYA(KR) – Buku Keislaman yang menjadi pelengkap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jawa Tengah belum terpetakan secara fisik maupun kecenderungan tema besarnya. Di sisi lain, rujukan dan kualitas isinya juga masih perlu dibenahi dan disempurnakan. Demikian terungkap dalam presentasi penelitian Bidang Lektur Khazanah Keagamaan tentang Kajian Buku-buku Keagamaan SMA di Jateng, Rabu (26/11), di Hotel Grand Zuri Yogya. Kegiatan ini diselenggarakan Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Semarang yang membawahi sejumlah daerah, termasuk Jateng dan DIY.

Ketua Tim Penelitian Moch Lukluil Maknun MA menjelaskan, penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum buku keagamaan yang ada di SMA di Jateng, terutama kecenderungan siswa berdasarkan sistem klasifikasi Islam. Penelitian dilakukan di 22 SMA di 11 kabupaten/kota, buku diteliti 610 judul. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum kualitas fisik buku keagamaan Islam SMA di Jateng sudah bagus. Meski begitu, masih ada sejumlah catatan, diantaranya identitas fisik buku kurang lengkap, daftar rujukan dan kualitas isi buku perlu disempurnakan. Buku-buku keagamaan Islam didominasi tema-tema akhlak, tasawuf dan fikih. Sedangkan buku dengan jumlah terkecil tema tentang aliran dan sekte dalam Islam yang hanya 1%.

Menurut Lukluil Maknun, dari sisi kelengkapan identitas buku, masih ada seperlima buku yang belum memiliki atau mencantumkanInternational Standard Book Number (ISBN). Selain itu, sebagian penerbit bukan anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), sekitar 10% tidak menyebutkan alamat penerbit dan hanya 12% buku yang melengkapi dengan indeks. “Sumber buku kurang dapat diketahui jelas, karena tidak semua perpustakaan mencantumkan sumber pada buku, tetapi secara umum buku berasal dari pembelian dan pengadaan pihak sekolah,” papar Lukluil. Diakui, dari sisi penyajian bukubuku itu sudah efektif. Namun, rujukan buku-buku itu belum dilengkapi daftar pustaka. Buku-buku yang memiliki rujukan umumnya dari Indonesia dan Arab yang menggunakan rujukan web hanya 20%.

Pihak peneliti memberikan rekomendasi kepada Kemenag dan Kemdikbud agar lebih aktif memantau persebaran buku di SMA, utamanya buku-buku hasil karya terjemahan yang belum banyak terpetakan keamanannya untuk dikonsumsi umum. Selain itu, pihak sekolah perlu memetakan judul-judul buku keagamaan Islam, sehingga dapat mengetahui aspek/bidang keilmuan yang belum memperoleh porsi yang layak. (Obi)-c