Kekerasan Seksual Enggan Melapor
Korban kekerasan seksual tidak mau melapor, khawatir malah nanti
disalahkan. Misal salah sendiri memakai pakaian yang minim. Padahal kekerasan
ini, tidak terjadi hanya pada perempuan saja, namun juga terjadi pada
laki-laki.
Hal ini dikatakan Zakiyah, selaku narasumber dalam Kegiatan Penyusunan
dan Pembahasan Desain Operasional (DO) Pengukuran Kekerasan Seksual pada
Perguruan Tinggi Keagamaan, di Hotel Pandanaran Semarang, Senin (17/4). Ia menambahkan,
terkadang orang yang menjadi korban kekerasan akan diam saja, tidak mau cerita
ke keluarga, teman karena malu dan takut informasinya akan tersebar.
“Kekerasan seksual paling banyak terjadi, pesan bernada seksual,
tatapan, dan candaan atau panggilan tidak sopan,” ungkap Zakiyah Peneliti BRIN.
Lebih lanjut Zakiyah, mengatakan kekerasan
seksual merupakan bagian dari konstruksi sosial karena merupakan perbuatan yang
dilakukan, bisa dibentuk dan dipelajari tidak ada hubungannya dengan kodrat.
Sementara itu, Yuyun Libriyanti peneliti BRIN, mengatakan sebelum
melakukan terlebih dahulu, perlu disepakati bersama untuk melihat kearifan lokal
masing-masing untuk menyusun instrument, seperti di Bali, pemahaman pencegahan
perilaku seksual bukan lagi larangan namun penurunan HIV.
“Insidental sampling
memungkinkan dalam kajian ini, namun nanti perlu kehati-hatian dalam menyusun
deskripsi hasil temuannya dan rekomendasinya,” tandas Yuyun.